Oleh : Anwar Sanusi
OPINI. Hari Pers Nasional ( HPN ) dan Hari Ulang Tahun Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI ) ke 79 tahun 2025 telah usai. Dimana tahun ini HPN dan HUT PWI ke 79 berlangsung di Pekanbaru-Riau dan Banjarmasin -Kalimantan Selatan pada tanggal 9 Februari 2025.
Hari Pers Nasional dan HUT PWI ke 79 tahun 2025 yang berlangsung di Banjarmasin- Kalimantan Selatan dilaksanakan Hendrik C Bangun, Ketua terpilih Kongres Bandung, yang sebelumnya telah dipecat oleh Dewan Kehormatan PWI, karena diduga terlibat dana Hibah “cashback” bantuan Forum Humas BUMN, untuk penyelenggaraan Uji Kompentensi Wartawan ( UKW).
Sementara HPN dan HUT PWI ke 79 yang berlangsung di Pekanbaru-Riau diselenggarakan Zulmansyah Sekedang, Ketua terpilih hasil Musyawarah Luar Biasa PWI, yang didukung puluhan tokoh Pers Nasional, Dewan Kehormatan PWI dan para Ketua PWI Provinsi se Indonesia.
Sebelum HPN dan HUT PWI ke 79 tahun 2025 ini dihelat, kedua kubu saling klaim atas kehadiran Presiden Prabowo, namun kenyataanya, HPN di Banjarmasin dihadiri langsung Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, sedangkan di kubu Zulmansyah Sekedang dihadiri Meutya Viada Hafid, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Republik Indonesia lewat zoom meeting.
Sejarah mencatat, bahwa pelaksanaan HPN dan HUT PWI kali ini untuk pertama kalinya diselenggarakan di dua provinsi. Sekaligus menandakan bahwa organisasi Persatuan Wartawan Indonesia telah diselimuti duka yang mendalam.
Duka dan luka yang terasa menyayat dan dirasakan seluruh anggota PWI mulai dari Sabang sampai Merauke.
Tapi apa hendak dikata, nasi sudah jadi basi dan tidak satu pun diantara dua kubu yang dapat menahan ego. Bahkan diakhir tahun 2024 lalu telah diwacanakan kongres yang digagas dan difasilitasi Wakil Menteri Informasi dan Digital serta Dewan Pers, tidak terlaksana.
Akankah kabut tebal terus menyelimuti organisasi yang menghimpun para intelektual yang sudah berumur rentah ini, ataukah organisasi profesi yang tertua ini akan berada dalam keadaan sekarat yang sebentar lagi akan menghembuskan nafas terakhirnya diusianya yang sudah senja ?.
Penulis mencoba berspekulasi dengan berbagai sudut pandangan dan cara berpikir dangkal untuk keluar dari kisruh yang sudah berlangsung lama ini, agar tidak terjebak pada konflik kepentingan dan mengambil posisi nertal.
Bahwa tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan dan dibutuhkan kesungguhan untuk menanggalkan sifat dan merasa paling benar. Tidak ada kemenangan yang berkah dan bermanfaat kecuali hanya dengan melalui proses demokrasi.
Sejalan dengan itu, bahwa perseteruan dan dualisme kepemimpinan di tubuh organisasi ini seyogianya dapat diselesaikan dengan jalan dan cara yang merujuk ke jalan yang benar tanpa melihat lagi kebelakang bercak -bercak perpecahan.
Bahwa untuk menyelamatkan organisasi yang telah banyak melahirkan orang -orang hebat di negeri ini. Tidak ada kata lain adalah perdamaian. Atau dengan cara melaksankan kongres atau musyawarah dan mufakat.
Sekali lagi, dibutuhkan kesungguhan dan kerendahan hati untuk rujuk demi tegaknya perjuangan para pendahulu kita mengibarkan bendera PWI yang hingga kini sudah berumur 79 tahun.
Wassalam, Makassar, 9 Februari 2025