SIDRAP, MERPOS — Intensitas wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) yang melanda wilayah Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan saat ini terus meningkat.
Sejumlah kawasan di Bumi Nene Mallomo itu diserang virus mematikan yang ditularkan nyamuk aedes aegypti. Satu di antaranya adalah Kelurahan Kanyuara, Kecamatan Watangsidenreng.
Bahkan, saking banyaknya warga yang terjangkit penyakit ini di daerah tersebut, sehingga kawasan itu dikategorikan masuk zona merah penyebaran DBD.
Lantaran panik dan merasa kurang perhatian dari pemerintah, salah seorang penduduk di Kanyuara mengirim pesan singkat via aplikasi WhatsApp (WA) kepada Tim Relawan SAR-NAH (Syaharuddin Alrif-Nur Kanaah).
Dalam pesan itu, warga tersebut meminta bantuan agar Tim Relawan SAR-NAH turun tangan memberikan bantuan penyemprotan sarang nyamuk DBD atau fogging.
“Sekarang ini wilayah Kelurahan Kanyuara sudah termasuk zona merah deman berdarah dan sudah banyak anak-anak maupun dewasa terkena. Mohon kiranya Tim SAR peduli turun tangan membantu penyemprotan di Kelurahan Kanyuara,” demikian isi pesan itu.
Menanggapi permohonan warga tersebut, Syaharuddin Alrif mengatakan, pihaknya akan segera turun ke lokasi untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan warga Kanyuara yang terserang DBD.
“In sya Allah, kami bersama tim akan ke Kanyuara untuk melakukan penyemprotan atau fogging untuk memberantas penyebaran nyamuk DBD dan jentik-jentiknya,” ungkap SAR, akronim nama Syaharuddin Alrif.
Saat dihubungi MERPOSNEWS.COM, Selasa (23/7/2024), Bakal Calon Bupati Sidrap itu mengaku sementara berada di Provinsi Jambi untuk suatu urusan. “Kemungkinan lusa saya kembali ke Sulsel,” papar Wakil Ketua DPRD Sulawesi Selatan itu.
Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kabupaten Sidrap, Mahmuddin yang dimintai konfirmasi terkait masalah DBD di Kanyuara tersebut, terkesan melempar isu dan menyalahkan sikap warga setempat.
Dia menganggap jika merebaknya penyakit DBD di Kanyuara lantaran warga masyarakat di kelurahan itu bersikap acuh terhadap upaya pencegahan dan pemberatasan penyakit ini yang diberikan pihak pemerintah.
“Padahal, kami sudah melakukan edukasi terkait bahaya penularan DBD dan upaya pembersihan lingkungan bersama TNI-Polri untuk membasmi sarang nyamuk di sana. Tapi, warga terlihat cuek-cuek saja. Bahkan tidak ikut membantu,” kata Mahmuddin via telepon selular Selasa siang.
Dia menambahkan, secara global, kasus penyebaran virus DBD di Sidrap memang meningkat. Hingga Juli 2024, jumlah penderita penyakit ini mencapai 300 orang. Dua di antaranya meninggal dunia.
Mahmuddin mengatakan, 300 kasus DBD di wilayah kerjanya itu berlangsung dari Januari sampai Juli 2024.
“Jadi, jumlah tersebut adalah akumulasi selama tujuh bulan. Bukan muncul di satu waktu secara bersamaan. Dan ini juga tersebar di 11 kecamatan yang ada di Sidrap, sehingga tidak terjadi over kapasitas rumah sakit kita dan para pasien masih bisa tertangani dengan baik,” jelasnya.
Mahmuddin mengklaim, merebaknya angka peningkatan kasus DBD di Sidrap dewasa ini disebabkan kurangnya pemahaman warga masyarakat terhadap cara pencegahan penularan virus berbahaya tersebut.
“Masyarakat perlu edukasi tentang bagaimana pencegahannnya dengan melakukan gerakan 3M (Meguras, Mengubur, dan Menutup). Fogging itu langkah terakhir yang dilakukan setelah upaya pencegahan sebelumnya,” papar Mahmuddin.
Menurutnya, jajaran Dinas Kesehatan di Puskesmas telah melakukan upaya preventif dan promotif Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) berupa pemberian bubuk abate, edukasi pencegahan, dan fogging fokus atas hasil penyeledikan epidemiologi.
“Dan yang lebih penting adalah kita bersama-sama memberantas jentik DBD dengan gerakan PSN, budaya PHBS, menjaga kebersihan rumah, dan lingkungam sekeitarnya,” ungkap Mahmuddin. IRJAS/DP