PAREPARE, MNC – Teori “Telapak kaki” yang di gagas Wali Kota Parepare, HM.Taufan Pawe dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, diterapkan Kepala Pasar Lakessi, H. Hamzah Tahir, SH sehingga perekonomian masyarakat mulai menggeliat, khususnya warga yang bermukim sekitar pasar Lakessi.
“Kami terus berinovasi agar pasar Lakessi menjadi tempat transaksi jual beli terbesar se Ajattappareng, dengan menerapkan Teori pembangunan Telapak Kaki yang di gagas Bapak Walikota,”kata Hamzah kepada MERPOSnews.com pagi tadi; Selasa (22/11)
Menurt Hamzah, guna menarik minat pedagang dan konsumen dari luar Parepare melakukan transaksi di pasar Lakessi. Pihaknya menyiapkan fasilitas, memberikan jaminan keamanan dan ketertiban kepada pedagang dalam memudahkan mereka melakukan transaksi jual beli.
“Salah satu inovasi yang kami lakukan dengan memanfaatkan lahan parkir pasar Lakessi, untuk menempatkan mobil para pedagang grosir dari luar Parepare. Mereka melakukan transaksi diatas mobil dengan pedagang pengecer. Itu kami batasi waktu transaksinya sampai jam 8.30. Tujuannya memberi kesempatan kepada pedagang eceran menggelar dagangannya,” jelas Hamzah.
Sementara untuk kenyamanan dan keamanan pedagang, pengelola pasar Lakessi melakukan kerja sama dengan pihak Polsek Soreang dalam memberantas premanisme yang sering menjadi momok bagi pedagang.
“Dari segi keamanan, kami menjamin tidak ada lagi pungutan liar yang meresahkan pedagang. Ada beberapa orang tukang palak telah diamankan anggota Polsek Soreang. Saat ini tidak ada lagi yang melakukan pungutan luar (Pungli). Kolektor tagihan retribusi serta iuran keamanan, dan kebersihan kami pajang fotonya pada tempat – tempat yang mudah terlihat, dan dalam melakukan tugasnya dilengkapi Id Card,” pungkas Kepala Pasar.
Setelah lapak tertata, terlihat rapih jauh dari kesan kumuh.
Lebih jauh Hamzah mengungkapkan, untuk pedagang dari luar Parepare yang menempati lapak, dan mereka tidak memiliki tempat jualan di dalam gedung pasar Lakessi. Mereka diarahkan untuk menata lapaknya, agar rapih dan seragam serta tidak kelihatan kumuh.
Teori Telapak Kaki Bapak HM.Taufan Pawe yang kami terapkan sudah mulai membuahkan hasil. Menghampiri 100 mobil pedagang grosir sayuran dari Kabupaten Enrekang melakukan transaksi setiap hari di pasar Lakessi.
Sesuai data kami, sekitar lima ratusan jumlah pedagang dari luar Parepare, setiap hari melakukan transaksi di pasar Lakessi. Pedagang grosir dan eceran tersebut, tersebar dari Kabupaten Enrekang, Sidrap, ujung Lero- Pinrang bahkan dari Kabupaten Gowa, ungkap Hamzah.
Sementara dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi Parepare, pasar Lakessi telah memberikan kontribusi dalam perolehan dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Parepare.”Efek langsung yang dirasakan masyarakat khususnya warga berdomisili sekitar pasar Lakessi, terbukanya lapangan kerja, ada berjualan makanan dan minuman, pakaian jadi. Serta barang – barang yang tidak mudah didapat diluar Parepare sering diborong oleh pedagang sayuran dan pedagang ikan untuk dijual di daerahnya,” ujar Hamzah.
Disisi lain Hamzah mengakui, programnya dalam menarik warga dari luar Parepare untuk bertransaksi di pasar Lakessi, dengan penerapan teori Telapak Kaki bakal terhambat. Ini akibat intervensi Camat Soreang yang setiap saat turun ke pasar memprotes setiap inovasi yang dilakukan pengelola pasar.
“Kemarin Camat Soreang turun ke pasar Lakessi dengan membawa beberapa anggota Satpol PP, menprotes keberadaan lapak pedagang yang sudah tertata rapih, dan seragam dengan bangunan non permanen,”sebut Hamzah.
Pria yang dikenal gaul, bijaksana dan tegas ini menyesalkan sikap Camat Soreang tersebut. Menurutnya, uda puluhan tahun pedagang menempati lapak tersebut dan sewaktu masih kumuh dengan tenda plastik yang semrawut, Camat tidak menggubrisnya, ini ada apa?. “Saat kami udah tata rapi dan jauh dari pandangan semrawut, koq tiba tiba diprotes keberadaan lapak tersebut, nada heran Hamzah sambil mengisap rokoknya. (DULKIN SIKKI/MNC)
Sebelum tertata, lapak terlihat kumuh