VIETNAM, MNC – Cabang Olahraga Sepak Bola di SEA Games sebenarnya hanya satu diantara sekian cabang yang dipertandingkan dan dilombakan. Namun, sepak bola punya sisi lain yang beda dengan cabang lainnya.
Nilai lebih sepak bola antara lain, salah satu cabang tanpa diobservasi lagi, masyarakat tahu masih terbanyak penggemarnya bukan hanya di Indonesia tapi sejagat. Mulai anak-anak, kaum muda hingga orangtua, bahkan banyak kaum wanita suka bola.
Hal mendasar lainnya, sepak bola merupakan olahraga kompleks yang memerlukan skil (phisik dan mental yang handal) bahkan seni. Selebihnya, sepak bola adalah kerja tim, teknis, nonteknis yang saat ini telah bernuansa industri. Wajarlah kalau sepak bola terkesan sebagai gengsi negara.
Timnas U-23 yang diplot untuk SEA Games 2021 yang baru digelar Mei 2022 di Vietnam – di bawah racikan pelatih gaek asal Korea Selatan, Shin Tae-yong – punya asa yang besar untuk merebut juara atau meraih medali emas. Namun, harapan itu buyar setelah dikandaskan Thailand di semipinal.
Sejatinya, Garuda Muda di SEA Games kali ini sudah pada jalur juara karena berhasil melangkah ke semipinal dan ketemu dengan Thailand. Berat memang, karena Thailand lebih diunggulkan.
Namun, sesuai analisa MERPONews.com ada catatan elementer yang patut disimak untuk memotivasi kita – utamanya pencinta sepak bola dan timnas – bahwa ke depan Indonesia layak juara dan raihan perunggu kali ini bisa disebut emas yang tertunda.
Asumsinya, secara fakta permainan, Thailand yang ‘membantai’ sejumlah peserta SEA Games di fase grup justru kesulitan menjebol gawang Indonesia sehingga waktu normal selesai skor bertahan imbang 0-0.
Thailand hanya bisa mencetak 1 gol pada perpanjangan waktu itupun hanya karena lengah dan kurang disiplinnya lini pertahanan timnas. Hal lainnya, (maaf), gaya pressure Thailand sedikit over seperti abai dengan azasi olahraga yang menjunjung tinggi sportivitas.
Lengah dan Tidak Fokus
Ronaldo Kwateh (17 tahun) pencetak gol Timnas U-23 Indonesia vs Malaysia SEA Games 2021 (Foto: Dok. PSSI).
Ironisnya, sejumlah pemain Indonesia terpancing sehingga akhir-akhir laga semipinal itu berlangsung ‘kotor’ dan banjir kartu merah. Under pressure dalam sepak bola memang diperlukan tapi kalau kelewatan, sepak bola yang juga sebagai salah satu seni, pudar nuansa seni dan indahnya.
Artinya, kalau Timnas tak kambuh ‘penyakit lengah dan kurang disiplin’ saat-saat krusial, hasilnya bisa lain. Bisa adupinalti misalnya, bahkan sangat mungkin Timnas bisa menjebol gawang Thailand.
Demikian juga di babak final, Vietnam hanya mencetak 1 gol ke gawang Thailand untuk merebut juara SEA Games 2021 yang bisa dimaknai bahwa Indonesia hanya beti (beda tipis), bukan 1 strip dinbawah Thailand dan Vietnam yang diunggulkan.
Demikian juga perebutan medali perunggu antar Indonesia – Malaysia di My Dinh National Stadium Quang Ninh, Vietnam. Goll Ronaldo Kwateh menit ke-69 yang membuat Indonesia unggul 1-0 harusnya minimal dipertahankan sehingga tidak perlu lagi perpanjangan dan adupinalti.
Jadi itu tadi, Indonesia tidak mampu fokus mempertahankan keunggulan padahal sudah bertahan unggul hingga menit ke-80 atau tersisa 10 menit lagi waktu normal. Justru sebaliknya, Malaysia ‘memaksa’ seri sehingga lanjut ke perpanjangan dan adupinalti. Beruntung dewifortune berpihak ke timnas dan menang adupinalti. 4-3.
Eksekutor penalti Timnas U-23 Indonesia, Asnawi Mangku Alam (gagal), Muhammad Ridwan (gol), Marselino Ferdinan (gol), Saddil Ramdani (gol) dan Marc Klok (gol penentu). Kiper : Ernando Ari (gagakan 2 eksekutor Malaysia).Pelatih: Shin Tae-yong.
Eksekutor penalti Malaysia, Hairey (gol), Lukman Hakim (gagal), Muhammad Hadi (gagal), Harith Haiqal (gol) dan Mukhari (gol). Kiper: Rahadiazli. Pelatih: Brad Maloney.(ABDUL/MNC).
Marc Klok penendang kelima adupinalti (penentu) Timnas Indonesia U-23 unggul 4-3 atas Malaysia dan meraih medali perunggu SEA Games di Vietnam. (Foto: Reuters).