MAKASSAR, MNC – Karaeng Loe Ri Bira atau Karaeng Loe di Bira, dahulu merupakan seorang raja kharismatik yang memerintah sebuah wilayah di Makassar. Makamnya, terletak pada area sekira 0,1 hektar (10 are) yang kini diapit oleh 2 perusahaan besar yakni PT Melinda (perusahaan pakan ternak) dan PT Wika (perusahaan beton) di area Kawasan Industri Makassar.
Sejak lama, setiap tahunnya pasca panen padi di Kelurahan Bira Kecamatan Tamalanrea, warga yang merupakan rumpun Karaeng Loe melaksanakan suatu hajatan berupa pesta adat yang berjuluk, “Doa dan Tasyakkuran Adat Tompo Kanre Tammu Taung Karaeng Loe Ri Bira.”
Pesta adat-istiadat tersebut semacam doa bersama dan syukuran dari para kerabat kerajaan yang kini telah berkembang menjadi keluarga besar. Tak hanya bermukim di Kelurahan Bira, tapi juga telah menyebar ke berbagai pelosok, juga berdatangan mengikuti pesta adat tersebut.
Doa dan Tasyakkuran Adat Tompo Tammu Taung Karaeng Loe Ri Bira kali ini digelar, Kamis, (19/5/2022), lalu, di seputaran Makam Karaeng Loe. Dihadiri Ketua Komisi C DPRD Kota Makassar, H. Sangkala Saddike dan undangan lainnya.
Kerabat dekat yang hadir diantaranya, H Syarifuddin Thalib, H. Amiruddin Dg Ngewa selaku Ketua Panitia dan terlihat pula Ketua RT IV RW 1 Sangalinna Kelurahan Bira, Abdul Salam yang juga merupakan kerabat. Dan banyak lagi tokoh-tokoh senior kerabat dekat dan turunan mendiang Karaeng Loe yang tak disebutkan semua, terlihat serius dan konsen mengikuti pesta adat ini.
Adat Tompo Tammu Taung
Baliho Pesta Adat Tompo Tammu Taung Karaeng Loe Ri Bira dengan latar makamnya (Foto: Abdul/MNC).
H. Syarifuffin Thalib, salah seorang kerabat yang sempat dimintai keterangannya di sela-sela pesta adat mengatakan, Tasyakkuran Adat Tompo Tammu Taung ini dilaksanakan setiap tahun di Makam Karaeng Loe ini.
“Pesta adat ini sebagai tanda syukur kepada Allah SWT atas jerih payah memperoleh panen padi yang berhasil. Jadi bukan bagaimana-bagaimana,” jelas kerabat Karaeng Loe tersebut yang juga akrab disapa H. Sele kepada MERPOSNews.com.
Bukan bagaimana-bagaimana seperti dikatakan H. Sele itu, bisa dimaknai bahwa kegiatan tersebut bukan aliran-aliran tertentu dengan kegiatan yang aneh-aneh, namun semata-mata sebagai tanda syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan silaturahmi antar kerabat.
Oleh karena rumpun Karaeng Loe yang telah berkembang saat ini bukan hanya bekerja sebagai petani, maka bentuk kesyukuran itu bisa juga dimaknai bersyukur kepada Allah SWT atas apa yang telah dihasilkan selama setahun apapun pekerjaannya.
H. Sele yang didampingi sejumlah tokoh dan kerabat mengakui pelaksanaann pesta adat tahun ini biasa-biasa saja (sederhana). “Pesta adat tahun-tahun silam, biasa diundang dan dihadiri Pak Walikota Makassar dan pejabat lainnya,” katanya.
Meski dikatakan biasa atau sederhana, namun puluhan mobil dan motor terparkir di area parkiran serta ratusan kerabat dan pengunjung memadati lokasi makam. Makam Karaeng Loe Ri Bira berada dalam sebuah rumah yang telah dibangun permanen.
Di seputaran area makam, didirikan tenda-tenda tempat berteduh para kerabat dan undangan. Secara kasat mata, pesta adat ini cukup ramai, semarak dan bernuansa silaturahmi yang kental antar kerabat dan juga masyarakat umum yang datang menyaksikan.
Bagaimana gambaran hubungan kekerabatan H. Syarifuddin dengan mendiang Karaeng Loe Ri Bira, apa saja keunikan pesta adat ini, dan apa pula komentar Ketua Komisi C DPRD Kota Makassar, H. Sangkala Saddike? Simak uraiannya dalam seri 2 selanjutnya. (ABDUL/MNC/bersambung).
Ini sebagian kerabat Karaeng Loe yang juga konsen ikuti pesta adat (Foto:Abdul/MNC).