PAREPARE, MERPOS – KAUM muslimin dan muslimat yang pulang dari mengikuti acara peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, pada umumnya membawa ole-ole nasihat atau wejangan, berupa hikmah dari peristiwa Isra’ Mi’raj yang disampaikan Ustadz yang ditunjuk Panitia.
Peringatan Isra’ Mi’raj yang digelar oleh Pengurus Masjid Rahmatan Lumpue, Ahad siang, Ustadz Drs. Safaruddin Latif, pembina Pondok Pesantren DDI Mangkoso, Kabupaten Barru bertugas membawakan Hikmah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Pada acara ini Pj. Walikota Parepare Akbar Ali diwakili Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setako Parepare H.A. Ardian Asyraq, S.Sos, M.Si. Hadir Camat Bacukiki Barat dan dari Polsek, Koramil Bacukiki Barat. Hadir pula Ketua Umum Pengurus Masjid Rahmatan H. Baharuddin Hasyim, Imam Madjid Rahmatan Drs. H. Zainal Arifin, M.Ag, dan H. Hasib Hasyim, Caleg PKB Bacukiki Barat yang terpilih.
Jamaah Masjid Rahmatan Lumpue kali ini, selain mendapatkan ole-ole berupa Hikmah Isra’ Mi’raj. Juga membawa pulang Resep Pengobatan Anak nakal atau Anak bandel kepada orang tuanya di rumah.
Ketika Ustadz Safaruddin bertanya apakah bapak ibu mau saya berikan resep tersebut? termyata semua jamaah berteriak mau termasuk bapak- bapak. “Ini artinya bapak ibu punya anak nakal di rumahnya”, ujar Safaruddin.
Syaratnya, kata Ustadz, (1). Sanggup bayar maharnya Rp. 100.000.- dan diserahkan kepada pengurus Masjid Rahmatan (bukan untuk saya) apabila sudah berhasil menjinakkan anaknya, dengan cara memberikan makan Kue Apam. (2). Sanggup membuatkan sendiri Kue Apam di rumahnya. (3). Bersihkan hati sampai khusyu kepada Allah semata. (4). Siapkan air secukupnya untuk digunakan membuat kue Apam.
Kemudian (5). Sanggup membacakan 3 ayat pada surat Al Maidah (90-91-92) sebanyak 70 kali. Setiap selesai sekali lalu ditupkan ke air yang telah disiapkan. Total 70 kali tiupan. (6). Siapkan air secukupnya untuk digunakan membuat kue Apam. (7) Setelah apamnya jadi suguhkanlah kepada anaknya. Makin banyak dimakan kian bagus resapannya, kalau bisa dua-tiga kali.
Menyinggung anak yang bandel pada orang tuanya, menurut salah satu Pembina Pondok Pesantren DDI Mangkoso ini, boleh jadi terkait dengan kebersihan hati orang tuanya saat berhubungan. Untuk itu, Ustadz beranak empat orang ini, bapak ibu haruslah senantiasa menjaga kebersihan hatinya sebelum mengerjakan sesuatu ataupun pekerjaan kita.
Ustadz bertubuh gempal itu juga menjelaskan mengapa banyak orang Arab Jahiliyah saat itu tidak mempercayai, Nabi Muhammad telah pergi pulang dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan selanjutnya terus ke Sidratul Muntaha dalam waktu semalam saja?
Hal ini, katanya, disebabkan mereka salah pengertian tentang perjalanan Rasulullah. Mereka mengira Muhammad yang punya kehendak berjalan dari Mekah ke Palestina. Padahal yang benar adalah Nabi Muhammad itu diperjalankan. Ini terlihat dari yang digunakan Allah adalah kata Asra artinya, diperjalankan oleh Tuhan yang Maha Kuasa sehingga perjalanannya cepat dan mulus.
Lantas Safaruddin yang saat ini sudah bergelar kakek dari tiga orang cucunya itu, memberikan ibarat sebagai contoh perbedaan kata berjalan dengan diperjalankan. Misalnya, Salah seorang di antara jamaah Masjid Rahmatan ini, pada saat makan kue. Dari sekelumit kue tersebut terpental dari mulut dan jatuhnya tepat masuk kantong jasnya.
Sesampai di rumah, jamaah tersebut buka jas lalu digantung. Tak lama kemudian datang sekelompok semut yang terdiri atas10 semut dan melintas di sekitar kantong jas itu. Dari sepuluh semut itu ada di antaranya mencium adanya gula di dalam kantong jas. Maka belok kanan seekor semut tadi masuk ke kantong jas.
Tak lama kemudian, pemilik jas tadi tiba-tiba ada panggil mendadak harus ke makassar. Karena kepepet waktu, pemilik jas mengambil jasnya kembali dan memakai kemakassar.
Padahal, tambahnya, seekor semut tadi masih ada dalam jas asyik makan kue. Pada malam harinya pemilik jas kembali lagi ke Parepare. Lalu kesembilan semut bertemu lagi dengan temannya yang memisahkan diri tadi lantaran makan kue di kantong jas. “Waaah, dari mana saja menghilang seharian”, tanya kesembilan semut itu.
“Saya baru pulang dari Makassar”, jawab rekannya yang baru pulang. “Ah bohong kamu itu ngarang. Mana mungkin dari makassar seharian. Dari Masjid Rahmatan ke perbatasan Parepare- Barru, tiga hari tiga malam saja belum tentu kau sampai,” jawab 9 semut tadi sembari ngejek temannya.
Begitulah ke 9 semut itu tidak percaya temannya benar dari Makassar hanya sehari pergi pulang, karena mereka mengira temannya itu yang pergi jalan sendiri. Padahal dia diperjalankan oleh pemilik jas tersebut, urai Ustadz.
Ketua Umum Pengurus Masjid Rahmatan Lumpue H. Baharuddin Hasyim didampingi Ketua Panitia Pelaksana Abd. Wahid menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah hadir memeriahkan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Sekaligus minta maaf atas kekurangan dan kesalahan penyelenggaea kegiatan. (IMA)