MAKASSAR, MNC – PSM Makassar siap menghadapi Persela Lamongan, pekan ke-15 BRI Liga 1 2021/2022.
PSM vs Persela Lamongan digelar di Stadion Moch Soebroto, Magelang, Jateng, Kamis, (2/12/2021), live pukul 21.3O Wita.
Sentuhan kedua Caretaker pelatih PSM Syamsuddin Batola pasca lengsernya Milomir Seslija, dinantikan menunjukkan tren positif. Harapan tersebut diyakini mampu diwujudkan yang dibuktikan Syamsuddin Batola bisa mengantar PSM mencapai semifinal Piala Menpora, namun ketika itu, tanpa pemain asing.
Sementara itu, materi pemain pilar mulai disorot supporter dan simpatisan PSM, baik di Makasaar maupun di daerah-daerah. Salah satunya, Anco Jansen, pemain asal Belanda. Striker asing yang dihembuskan sebagai pemain asing termahal Liga 1 ini mulai banyak menuai kritik.
Sebagai pemain termahal yang berpostur jangkung, wajarlah ekspektasi pendukung PSM agar Anco Jansen berperan sebagai bomber mematikan yang haus gol. Namun, Anco justru dinilai tumpul dan kurang produktif memberikan assist.
Sorotan yang merebak dipastikan bukan untuk menjatuhkan PSM, tapi ingin melihat PSM lebih baik dan lebih baik lagi. Agaknya, tidak bijaksana bersikap apriori, bahwa hanya di Makassar ada analis. Di daerah-daerah bisa saja ada sosok yang indranya tajam, getol menggali literatur dan analisanya jitu sehingga patut diapresiasi.
Sebut saja Yadin, warga ibukota Pangkajene
Sidrap. Sosok yang ‘cinta mati’ PSM itu mengkritisi panjang lebar pemain pilar PSM, Anco Jansen. Komentarnya diposting ke dapur redaksi MERPOSnews.com, Rabu, (1/12/2021). Uraiannya seperti berikut ini.
Bagi masyarakat Bugis, khususnya di Kabupaten Sidrap atau mungkin juga daerah lainnya, kata ‘hanco’ itu menyimpan makna prestisius. Hanco di daerah ini populer dimaknai sebagai pemimpin barisan atau pemimpin pasukan.
Jadi pemimpin pasukan atau barisan gerak jalan disebut hanco. Tugas seorang hanco bertugas meniup sempritan, memberikan aba-aba (perintah) memimpin barisan agar bergerak teratur, rapi dan kompak menuju jalur yang benar. Hanco merupakan orang kepercayaan yang harus mampu memimoin barisan. Baik buruknya satu barisan, dialah yang bertanggungjawab dan langsung jadi sorotan.
Perlu digarisbawahi di sini, bahwa tidak semua pemimpin digelari Hanco, pengamatan saya khusus untuk baris-berbaris itu. Tapi, tidak mengurangi makna pemimpin yang melekat pada sebutan Hanco.
Dari kiri Zulkifli Syukur disertai Sutanto Tan dan Wiljan Pluim (membelakangi lensa), menyapa kepala Anco Jansen usai bikin gol penalti ke gawang Persebaya (Grafis dan foto: Dok.PSM).
Hanya Sebiji Gol dari Skema Open Play
Nah, akhir-akhir ini kata Anco menyeruak di ruang publik, khususnya oleh penggemar PSM Makassar. Tentu bukan Hanco si pemimpin baris-berbaris itu. Akan tetapi striker asing PSM, Anco Jansen.
Ironisnya, kata Anco diboncengi kata “out” serta diawali tanda pagar (tagar). Jadi lengkapnya ditulis, #AncoOut. Tidak bermakna positif tentunya, dan semata-mata sebagai refleksi kekecewaan atas kinerja bomber 32 tahun itu selama berseragam merah marun, warna khas PSM.
Menilik statistik www.transfermarkt.co.id, pemain kelahiran Zwolle, Belanda ini, sudah memainkan 13 pertandingan di Liga 1 Indonesia. Rinciannya, 12 kali sebagai pemain utama, dan 1 kali sebagai cadangan, dengan total bermain 1.055 menit.
Dalam kurun waktu tersebut, Anco mengemas 4 gol dan 1 assist. Dari 4 gol tersebut, 2 gol dicetak dari titik penalti (ketika PSM vs Persebaya dan Persipura). Kemudian 1 gol lagi lewat tendangan bebas menyusur tanah yang dibantu gerakan mengecoh bek PSM Zulkifli Syukur saat PSM vs Persebaya. Yang terakhir, 1 gol lagi semacam satu ‘tap-in’ tanpa kiper saat PSM menjajal Persik Kediri.
Artinya, kalau dikalkulasi dari total menit bermainnya, pemain bertinggi badan 186 cm itu, rata-rata butuh 264 menit untuk mencetak sebuah gol. Sementara hanya sebiji gol yang diciptakan dari skema ‘open play ‘ sehingga tidak menggambarkan kalau Anco Jansen seorang stiker yang oportunis dan mematikan.
Catatan tersebut jelas tidak mumpuni bagi seorang striker yang notabene menjadi pemimpin alias tumpuan utama di sektor penyerangan sebuah tim. Tidaklah mengherankan kalau suara-suara sumbang menyeruak yang ditujukan kepada pemain yang pernah 68 kali bermain di Eredivisie, kasta tertinggi Liga Belanda.
Pertanyaannya, masih layakkah Anco jadi Hanco (baca: pemimpin) barisan penyerang PSM? Pelatih dan manajemen PSM yang harusnya lebih paham dan menjawab pertanyaan itu. Sikap suporter yang membuat tagar #Anco Out harus diakui memang sangat logis dan beralasan. (ABDUL).
Dirut PSM, Munafri Arifuddin alias Appi, diminta menjawab tagar #AncoOut pendukung PSM (Foto: Dok. PSM)