NABIRE PAPUA, MNC. – Masyarakat Pattinjo sudah lima puluh tahun lebih merantau di Nabire, barulah terbentuk organisasi paguyubannya. Namanya ; Kerukunan Keluarga Pattinjo disingkat KKP.
Ketua Tim Formatur, Drs. Abdul Harib, MM didampingi bendahara tim formatur, Andi Mukmin Ali Baba mengatakan, pertemuan di rumah almarhum Amir BS itu, rapat akbar warga Pattinjo seAi?? kab. Nabire dalam bentuk “cado’ sipulung”.
“Cado Sipulung”, kata Harib, berasal dari bahasa Pattinjo yang artinya duduk berkumpul atau duduk bersama. Hal iniAi?? merupakan tradisi leluhurAi?? Pattinjo ratusan tahun silam danAi??Ai?? masih dipertahankan hingga saat ini dalam memutuskan suatu masalah bersama-sama.
“Setelah menemui beberapa sesepuh Pattinjo di Kota Emas Nabire dan telah melalui perdebatan panjang, akhirnya diputuskan aklamasi,Ai?? Musagani Manisi, SH sebagai ketua Kerukunan Keluarga Pattinjo Kabupaten Nabire”, papar Harib, guru SMAN 2 Distrik Wanggar ini.
Pengurusnya yang sudah terbentuk sebelumnya. Komposisinya disusun ketua terpilih bersama tim formatur. melaluiAi?? baru saja dikukuhkan dalam suatu rapat Akbar yang tidak hanya dihadiri tiga ratusan warga Pattinjo, juga diikuti pengurus paguyuban Hikmah (Maspul) dan paguyuban Pasirapi (Parepare, Sidrap, Pinrang).
Pengukuhan pengurus Kerukunan Keluarga Pattinjo Nabire itu, berbeda dengan kebiasaan organisasi lainnya. Di KKP Nabire, meski sdh terpilih dan komposisinya sudah tersusun, kalau mayoritas anggota yang hadir menolak,Ai?? maka pengukuhan ditangguhkanAi?? untuk pemilihan ulang.
Pada pemilihan sebelumnya dilakukan oleh tim formatur, Musagani Manisi, SH yang terpilih dan telah menyusun komposisi kabinet periode pertama. Komposisi tersebut lalu diumumkan oleh panitia Pengukuhan. Kemudian panitia menanyakan kepada anggota yang memadati lokasi pengukuhan. “Apakah Ketua terpilih bersama anggota pengurus setuju untuk dikukuhkan?”, Ujar panitia yang dijawab “setuju” oleh hadirin secara aklamasi. Maka acara pengukuhan pun segera dilanjutkan.
Ketua KKP periode pertama MusganiAi?? mengungkapkanAi?? perasaannya. “Saya merasa terharu bahagia sekaligusAi?? bangga organisasi paguyuban ini dapat terbentuk dengan dukungan dari banyak pihak”, ujar Musa dengan mata berkaca-kaca.
Musagani mengakui, 6 kali menginjakkan kaki t perantau 5 Benteng Pinrang Sulawesi Selatan pada pertengahan tahun 1973. Musa kecil saat itu bersama adiknya, Ruslan Manisi dan ibunda almarhunah, Hj. Maemunah yang sedang hamil besal.
Musagani, ayah dari delapan putra putrinya itu betnostalgia. Saat itu,Ai?? ia dan menumpang KM Karawati. Jarak Makassar Biak, saat itu ditempuh sekitar lamanya. “Jadi ibu saya melahirkan adik bungsu di kapal tersebut. Sehingga kapten kapal memberinya nama Kurniawati (karunia KM Karawati,” cerita alumni Fakultas Hukum Universitas 45 Makassar itu.
“Saya dan para pengurus bertekad mempersatukan uang cerai berai tetsrbut melalui Kerukunan Keluarga Pattinjo yang berpusat di Kota Nabire dengan motto; “ToBaNa” (Tolong Menolong, Bsntu.mrmvantu dan Nasehat menasehati)”, jelas Musagani yang saat ini terdaftar sebagai Wartawan MERPOSnews.com Nabire dan Papua.
Ditambahkan, warga Pattinjo yang merantau ke Nabire terjadi dua gelombang. Pertama tahun 1960 sampai 1970. Kedua, tahun 1970 sampai 1980. Saat itu, mereka hanya puluhan KK dan berdomisili di Oyehe, distrik Nabire, Kabupaten Paniai. (Rifkah Azizah Ibrahim).