PAREPARE, MNC — Pemerintah Kota Parepare menyikapi adanya dugaan wabah virus jembrana, yang disebut mulai menjangkit hewan ternak sapi. Sejumlah upaya dilakukan, termasuk memesan vaksin yang jumlahnya mencapai ribuan.
Dalam menanggapi pernyataan salah seorang Anggota DPRD Yusuf Lapanna, pada rapat paripurna, Pemkot melalui Dinas PKP menyampaikan sejumlah upaya yang telah dilakukan, Selasa (31/1/2023).
“Adanya peternak melaporkan bahwa ratusan hewan ternak yang mati. Bahkan ada warga atas nama La Dalle, 12 ternaknya yang mati. Kalau dihitung – hitung kerugiannya sampai ratusan juta, “ungkap Yusuf Lapanna.
Lebih lanjut ia meminta agar Dinas terkait dalam hal ini Dinas Pertanian Kelautan dan Perikanan (PKP), untuk melakukan upaya-upaya antisipasi agar tidak merebaknya wabah bagi hewan ternak di Kota Parepare. Ia juga meminta agar dinas PKP bisa transparan menyampaikan data ternak sapi yang terjangkit wabah.
“Dinas PKP bisa memberikan data untuk kami lakukan pengawasan. Kami bukan ahli terkait wabah ternak, tapi kami inginkan ada antisipasi adanya wabah ini, “tandasnya.
Menanggapi pernyataan itu, Sekretaris Dinas PKP dr.H. Nurdin mengatakan, kasus penyakit yang terjadi yang mengakibatkan adanya hewan ternak sapi yang mati diduga kasus Jembrana.
“Perlu kami sampaikan bahwa kasus penyakit yang terjadi di Parepare sebetulnya ada dua gambaran yaitu PMK dan Jembrana. Untuk kasus PMK, sampai hari ini zero kasus, karena sudah dilakukan penanganan vaksinasi 80 persen dari total populasi,” jelas dokter Nurdin.
Sekarang ini, lanjutnya, terdapat kasus penyakit hewan yang namanya Jembrana disebabkan oleh virus yang tingkat penularannya juga cukup tinggi dibandingkan dengan PMK. Tetapi hari ini Jembrana belum mempunyai Vaksin.
Namun, sambung Nurdin, segala upaya yang dilakukan oleh pihak PKP melakukan gerakan cepat, dan hingga saat ini sudah terkendali.
“Sebelumnya sempat tingkat kematian ternak cukup tinggi, namun sebenarnya total kematian semuanya bukan penyebabnya Jembrana, karena ada beberapa kasus seperti berak darah, atau koksidiosis. Itu juga tingkat kematiannya cukup tinggi, tapi ini merupakan penyakit rutinitas dan itu bisa kita tangani,”pungkasnya.
Lebih lanjut Nurdin menjelaskan, Jembrana sendiri ini adalah imbas dari beberapa Kabupaten/Kota yang lain, karena Kota Parepare merupakan daerah perlintasan. Jadi langkah-langkah yang telah dilakukan, yaitu memperketat pengawasan lalu lintas ternak, dan melakukan sosialisasi kepada peternak atau pedagang untuk tidak melintaskan ternak, yang berasal dari area yang disinyalir adanya kasus penyakit hewan.
“Kasus ini muncul akhir tahun, sekitar bulan 11 tahun 2022. Jumlah kasus, sebenarnya data kita ada kematian sekitar 50an hewan, namun penyebabnya bukan jembrana. Kasus jembrana hanya sekitar 20 atau 30, itu sesuai hasil uji pemeriksaan Balai Besar Vetariner (BBV) Maros,”jelasnya.
Untuk ternak yang mati, diasuransikan oleh Pemerintah Kota Parepare sebesar Rp 10 juta per ekor. (SUMARNI AZIS/Mnc)