GOWA, MNC — Hati-hati membiarkan keluarga tinggal sendirian, apalagi kalau sudah berumur atau penyakitan, amat beresiko bisa terjadi hal- hal yang tak diinginkan. Cermin dari uraian ini terjadi di sebuah desa di Kabupaten Gowa.
Kisahnya, sebuah kawasan di Dusun Pakkatto Lompo, Desa Pakkatto Kecamatan Bonto Marannu, Kabupaten Gowa, warganya tiba-tiba saja gempar. Sesaat kemudian, terlihat sebuah rumah, ramai didatangi warga. Bahkan dalam hitungan menit saja, rumah tersebut dikerumuni banyak orang.
Anehnya, orang berkerumun ketika mendekat banyak yang tutup hidung dan mulut menggunakan tangan, walaupun sudah pakai masker. Begitu ditanya ke warga ternyata ditemukan sesosok mayat lelaki yang telah membusuk dan bau menyegat, Kamis, (4/11/2021), kemarin.
Mayat tersebut diketahui bernama Daeng Yalli alias Alimuddin, (55 tahun), yang belakangan ini tinggal sendirian. Yang memprihatinkan, kondisi mayat sudah mulai gèmbung dan membesar. Tubuh bagian bawah korban ada bercak darah yang mulai mengental dan mengering. Diperkirakan korban telah meninggal sekira 3 hari baru ditemukan.
Mayat tersebut pertama ditemukan oleh Daeng Rosi, ibu kandung korban bersama seorang puteranya bernama Daeng Kamma, (36 tahun), sekitar pukul 11.00 Wita hari itu. Awalnya, Daeng Rosi curiga dan penasaran sudah 3 hari tak melihat Yalli, anaknya. Padahal biasanya Yalli setiap hari datang mengolah kebunnya yang kebetulan berdekatan dengan rumah ibunya.
Rosi yang penasaran berkonsultasi dengan Kamma, cucunya yang juga anak korban. Keduanya pun datang bersama- sama ke rumah Yalli. Ternyata rumah Yalli terkunci rapat sehingga ia mencoba melihat ke dalam rumah lewat jendela.
Saking kagetnya, ternyata Yalli terlihat terbujur kaku tak bernyawa lagi dengàn posisi badan di lantai dan kepala bersandar di kursi. Rosi dan Kamma pun minta tolong ke tetangga, sehingga tak begitu lama kabar ini tersiar di kawasan yang berjarak sekira 20-an kilometer dari Kota Makassar.
Motifnya Kasus masih Diselidiki
Rosi mengungkapkan bahwa selama ini Yalli memang tinggal senďirian, karena isteri korban tidak serumah dengannya. Sementara anaknya, karena telah menikah mengikuti suaminya dan sudah punya rumah sendiri.
Tak lama berselang petugas kepolisian dari Polsek Bonto Marannu yang menerima laporan, muncul mengamankan TKP. Selanjutnya, beberapa saat kemudian muncul pula Tim Forensik Polda Sulsel yang langsung memasang police line.
Ironisnya, anak korban tak mau ayahnya dibawa petugas untuk divisum ataupun diotopsi. Anaknya bertahan agar ayahnya diurusi saja pihak keluarga untuk langsung dimakamkan.
Petugas pun memberikan pengertian dan petunjuk tentang perlunya penyelidikan yang teliti. Untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan yang terkait dengan korban. Pihak keluarga pun akhirnya akur. Korban kemudian dievakuasi petugas yang selanjutnya dibawa ke RS Bhayangkara Makassar untuk divisum.
Terkait dengan kasus ini, penyebab kematian korban belum jelas. Pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan intensif. Kasi Humas Polres Gowa, AKP Mangatas Tambunan mengungkapkan bahwa penyelidikan masih dilakukan. Dan menunggu hasil pemeriksaan dari dokter RS Bhahangkara untuk mengetahui penyebab kematian korban (ABDUL).
Mobil Tim Forensik Polda Sulsel (Foto: ABDUL)