MAKASSAR, MNC – Kalau ia berpakaian olahraga, gesturnya bak pesepakbola atau pebulutangkis muda yang posturnya ideal dan potensial. Maklum, posturnya relatif tinggi untuk ukuran Indonesia. Tinggi badannya sekira 1,75 meter dengan berat badan 67 kilogram.
Warna kulitnya, sawo matang yang dekat ke hitam tapi tidak hitam. Istilah yang lumrah, bisa disebut kulitnya hitam manis. Nah, apakah betul ia pesepakbola atau olahragawan?
Sejatinya, remaja 17-an ini bukan olahragawan walau memang ia gemar main bulutangkis. Remaja bernama lengkap, Fadhil Ramadhan Basir L.O, seorang santri Pondok Pesantren Al Tahfizul Qur’an (PPTQ) Al Imam Ashim, Tidung Mariolo Kecamatan Rappocini Makassar yang dipimpin K.H. Syam Amir Yunus, SQ.
Terakhir ini, Fadhil (panggilan akrabnya), dianugerahi hinayah dari Allah SWT yang membuat dia dan keluarganya bangga, bersyukur dan bahagia. Pada Lomba Hipdzil Qur’an Tingkat Nasional Musabaqah Hifdzil Qur’an (MHQ) Tingkat Nasional yang digelar Madrasatul Qur’an Tebuireng, Jombang Jawa Timur. Fadhil meraih Juara I Hifdzil Qur’an kategori/golongan hafalan 20 Juz.
Sebagai juara, Fadhil meraih hadiah dan penghargaan berupa piala (tropi) dan uang tunai Rp 5 juta. Bukan hanya itu, justru yang membuat ia dan keluarganya terharu dan bahagia, Fadhil juga mendapatkan doorprize Ongkos Naik Haji atau Umroh (bisa dipilih sendiri) sebesar Rp 25 juta.
Sebagai bentuk sembahsujudnya kepada orangtua – yang telah tabah dan bekerja keras membimbing, mengarahkan dan membiayainya sejak kecil – Fadhil mengikhlaskan hadiah 0ngkos Naik Haji itu dialihkan ke Ibundanya, bernama Muliyana Lainca. Orangtua siapa yang tak kagum dan terharu menuai jerih payah putranya seperti itu.
Fadhil, kelahiran Makassar, 2 November 2004 ini merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, buah hati dari pasangan Drs Muhammad Basir L.O dan Muliyana Lainca. Adik kandungnya, perempuan namanya Yaya (9 tahun), masih duduk di Kelas 3 SD.
Fadhil dan orangtuanya telah lama menetap di Makassar. Jelasnya, rumahnya di Jl Gowa Ria (jalan masuk Asrama Haji, belok ke kanan). Tepatnya, Kompleks Perumahan Angkasa Pura I Blok B 12/1 Sudiang Kecamatan Biringkanaya, Makassar.
Fadhil berdarah Simae-Tangkoli Sidrap
Kalau ditelisik, ayahandanya, Basir L.O berasal dari sebuah kampung namanya Simae Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap. Inisial L.0 (Lede-Omming) adalah nama kakek-nenek Fadhil dari ayah yang semasa hidupnya dikenal sebagai guru mengaji kampung secara tradisional. Sedangkan kakek-nenek dari Ibundanya Mulyana, namanya Lainca – Maisa asal Tangkoli wilayah kecamatan yang sama.
Boleh jadi, keberhasilan cucunya Fadhil meraih juara nasional penghafal Al Qur’an 20 juz sebagai jawaban Tuhan Yang Maha Berkehendak. Mengingat sang kakek-neneknya mendiang Lede-Omming dulu sebagai guru mengaji yang sabar dan tak bergaji alias gratis. “Wallahu a’lam bishshowab.” Yang pasti, Fadhil Ramadhan, kental berdarah Simae-Tangkoli Sidrap.
Awal yang mendorong dirinya untuk ikut Lomba di Kota Jombang, ketika menangkap informasi adanya lomba hifdzil Qur’an di kota religius itu. Syaratnya, relatif mudah dan tidak ribet. Hanya mendaftar secara online dan selanjutnya mengikuti seleksi secara virtual.
Berkat disiplin dan bentuk pelatihan yang diberlakukan di pondok pesantrennya melalui guru pembimbing/pelatihnya, Udztas Ashar Yunus, M. Pd. I, Fadhil pun mendaftar ikut lomba. Dengan keyakinan, Insya Allah bisa disertai doa tulus orangtua, Fadhil lalu ikut seleksi secara zoom dan harus bersaing dengan peserta lainnya dari berbagai daerah di Indonesia.
Hasilnya, Fadhil lolos menjadi finalis 6 (enam) besar nasional dan diundang langsung ke Jombang untuk berlomba secara langsung (live). Dengan keyakinan dan kepercayaan dirinya yang kuat, akhirnya Fadhil berhasil memperoleh nilai tertinggi dan meraih juara I (pertama) tingkat nasional MHQ Madrasatul Qur’an Tebuireng Jombang, Jawa Timur. Menyisihkan, 5 penghafal Al Qur’an pesaingnya di final.
Hasil selengkapnya, Juara I Fadhil Ramadhan, utusan Pondok Pesantren (PP) Al-Imam Ashim Makassar (Nilai=N= 95,5), Juara II: Albi Ahmad Qusyari, PP Krapyak Yayasan Ali Maksum Yogyakarta (N=93,5), Juara III: Nurhadi, PPTQ Ahul Tangerang (N= 90), Juara harapan I: Moh. Aqil Hanif, PP Sidogiri Pasuruan (N=86), Juara Harapan II, Sa’idah Mir’atur Rohmah, PP MQ Al-Azhar Patrongan Jombang (N=86) dan Juara Harapan III, Anang Riki Fani, PP Anwarul Qur’an Cinere (N=84,5).
“Sujud syukur hambamu ya Allah. Anugerah kenikmatan ini, semuanya atas kehendak dan hinayah-Mu ya Allah. Semoga, berkah, aaamin.” Demikian gambaran sikap Fadhil ketika dirinya ditetapkan sebagai juara I Hipdzil Qur’an kategori hafalan 20 juz.
Prestasi tersebut tentu tak diraih begitu saja bak memetik buah ranum dari pohonnya. Namun, melalui perjuangan, ketekunan dan tantangan yang menghadang. Seperti apa dan bagaimana jejak perjuangan Fadhil Ramadhan? Simak uraian seri 2 berikutnya di media ini. (ABDUL/MNC/bersambung).
Fadhil Ramadhan Basir L.O bersama kedua orang tuanya. (Foto : Dok Kel)