PAREPARE, MNC – Hikmah Kdi yang tampil di gelaran Panen Hadiah Simpedes Bank BRI Kota Parepare, (24/5/2021), lalu, menyisakan kesan tersendiri. Usai tampil, di ruang Loby Pare Beach Hotel Mattirotasi, Marno Pawessai dari MERPOS NEWS.COM (MNC), berbincang sejenak
Seperti apa dan bagaimana masa kecil dan tantangan masa lalu Hikmah sehingga menggapai sukses?
Secara lugas, Hikmah bernostalgia. Kisahnya, Hikmah lahir di sebuah kampung, namanya Manisa Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap. Dia anak pertama dari 3 bersaudara buah hati Muin – Nurhayati. Ayahanda Hikmah (Muin), ternyata juga anak pertama dari ayah-ibunya bernama Lede-Omming yang berarti kakek-neneknya Hikmah. Praktis, Hikmah merupakan cucu pertama dari kakek – neneknya itu.
Sebagai cucu pertama, kakek-neneknya amat sayang kepada cucunya Imma, nama kecilnya. Oleh karenanya, Imma kecil tinggal bersamanya. “Usia sekira 3 hingga 7 tahun Hikmah tinggal bersama kakek dan nenek di sebuah kampung, namanya Simae, di sekitar poros Pinrang – Sidrap,” kenang Hikmah.
Mendiang kakeknya, ternyata seorang petani sehingga Imma kecil yang sedikit manja, kerap diikutkan kakek ke area persawahannya. Logikanya, Hikmah adalah sosok anak petani dari desa yang mampu meraih mimpi dan berkifrah jadi fublic figure.
Keluarga dan tetangga menilai, sukses Hikmah berkat doa makbul mendiang kakek-neneknya yang keduanya guru mengaji kampung.
Sejumlah anak tetangga datang silih-berganti mengaji ke kakek-nenek Hikmah yang supel dan disukai anak-anak.
Diantaranya, Andi Sumarlin, kini wirausahaan, Ninik Jamain, kini IRT di Makassar, dan yang lainnya. Termasuk, DR Hamzah Ahmad, kini Dirut Perum PDAM Kota Makassar. “Om Anca (nama kecil Hamzah Ahmad), pernah ngaji sama Nenek Omming,” ungkap Hikmah.
Luttu Massuajang
Konon, Nenek Omming melakukan tradisi berupa amalan yang bermakna doa untuk si kecil. Sembari memandikan si kecil Imma, dari milut sang nenek terlontar tuntunan doa dalam bahasa daerah.
Dimulai dengan basmalah, nenek kemudian menuturkan doanya itu. “Kuasa Puang Allataala, nak. Mammuare napatiroiko deceng, muluttu massuajang, muallongi-longi na tosialongi-longian,” tuturnya. Doanya dilengkapi dengan selawat nabi 3 kali dan ditutup dengan ucapan amin ya rabbal alamin.
Makna amalan doa tersebut lebih-kurang berarti, Allah SWT Maha Kuasa. Semoga nakda ditakdirkan menjadi orang yang baik dan berhasil, bak burung terbang tinggi nun jauh di sana menggapai tujuan yang dinikmati bersama. Doa sang nenek inilah yang dikabulkan Tuhan YMK sehingga membuka jalan bagi Hikmah meraih mimpinya.
Sayangnya, belum sempat menyaksikan cucunya Hikmah meraih sukses, kakek-nenek yang mengasuhnya di waktu kecil itu, dipanggil YMK. Keduanya berpulang ke Rahmatullah di saat Hikmah masih berjuang meniti karier.
Andaikan dilakukan wawancara imaginer yang di-visualisasi-kan, sangat mungkin kakek-neneknya terlihat menangis terharu sambil memeluk Hikmah sembari berucap,” Kuasa Puangnge, nak. Napitaino deceng. Bakeri pabberena Puangnge. Paccingi atimmu, pakanjaki ade’mu, aja mutakkalupa, anrengnge aja mutalliwe-liwe.” Maknanya, Tuhan Maha Kuasa sehingga nakda meraih sukses. Pelihara anugerah Tuhan itu. Jernihkan hatimu, jaga adabmu. Jangan lupa diri dan jangan takabur. (bersambung)
Dari kiri Pemrus MERPOS Nurrahmawati MP, Hikmah Kdi, Pemum MERPOS Marno Pawessai dan Suci Sri Wahyuni (Adik Hikmah Kdi)