PINRANG, MNC — Awal Tahun 2020, Iqbal Ardianto penulis asal pinrang sulawesi selatan ini kembali menerbitkan karya novel terbarunya yang berjudul “Gadis Poppo”
“Novel ini ceritanya hanya fiktif, ya cerita tentang poppo, tunggu maki novelnya.” ungkap penulis buku uang panai’ ini dengan singkat.
Di Sulawesi Selatan khususnya di tana Bugis ada urban legend yang menyeramkan dan sudah berusia ratusan tahun, tentang hantu yang terkenal dengan nama Poppo’. Konon, legendanya selalu ada di tiap daerah di Sulawesi, bahkan sampai di Kabupaten Pinrang.
Poppo’ sebenarnya hanyalah manusia biasa yang berubah menjadi makhluk menyeramkan karena mengamalkan ajaran yang salah dari ilmu hitam. Karena kesalahan itu, orang tersebut harus menjadi makhluk menyeramkan pengisap darah, sebuah kutukan untuk dirinya dan keluarganya.
Manusia yang menjadi Poppo’ biasanya tinggal di daerah-daerah terpencil, dan tidak banyak terlibat dengan orang di sekitarnya. Dan ketika malam tiba, sadar atau tidak sadar, orang itu akan pergi ke bubungan rumahnya — tempat yang paling tinggi di sana, untuk menyimpan tubuh bagian bawahnya di tempat yang tersembunyi. Setelah itu, dia akan memisahkan kepala beserta jeroannya keluar dari tubuh dan pergi mencari mangsanya. Poppo’ yang melayang hanya dengan kepala dan jeroannya itu biasanya akan mengeluarkan suara “Pok… pok” berulang-ulang.
Poppo’ yang keluar di malam hari akan mencari mangsanya, seperti: orang-orang sakit, bayi, bahkan ibuibu hamil, untuk diisap darahnya. Namun, ada juga jenis Poppo’ lain yang hanya memakan buah-buahan atau ikan di laut sebagai makanannya.
Menurut masyarakat yang tinggal di Sulawesi, Poppo’ memang ada dua jenis. Poppo’ yang hanya memakan buah-buahan dan ikan di malam hari disebut Poppo’ Mandala. Bahkan, dia menjadi permainan anakanak, yang secara tidak langsung membantu mereka mengetahui mana pohon yang buahnya sudah ranum. Biasanya pohon itu sudah pernah dihinggapi hantu itu. Sedangkan hantu Poppo’ yang selama ini menjadi urban legend menyeramkan adalah Poppo’ Sallang. Adalah Poppo’ yang berbahaya, yang selama ini meneror orang-orang.
Ada sebuah mitos yang sangat melekat dengan Poppo’. Mitos ini berkaitan dengan sebutan dan suara yang seringkali terdengar ketika Poppo’ bergentayangan di malam hari.
Konon katanya, ketika kamu mendengar suara khas dari hantu Poppo’ “Pok…pok.”, itu menandakan hantu itu berada di sekitar tempat kamu. Semakin jelas terdengar suara itu, maka keberadaannya diyakini masih jauh dari tempatmu. Namun, ketika suara itu mengecil dan makin pelan maka diyakini Poppo’ sudah berada di dekatmu.
Mitos dan ciri khas dari suara Poppo’ ini pada akhirnya disematkan menjadi sebutan hantu itu. Maka tidak jarang juga orang-orang menyebut Poppo’ dengan sebutan Pok-pok.
Menjadi Poppo’ merupakan kutukan yang sangat berat bagi orang yang menjalaninya. Kutukan itu seakan tidak pandang bulu dalam menentukan takdir seseorang. Hampir sama dengan kutukan ilmu hitam lainnya, kutukan pada Poppo’ juga ditanggung oleh keturunannya.
Ketika seseorang dikutuk menjadi Poppo’, berarti orang itu akan menurunkan kutukan Poppo’ ini kepada anaknya, dan anak kepada cucunya nanti, dan begitu seterusnya. Kutukan ini diturunkan secara turun temurun dan diyakini masih ada hingga hari ini.
Poppo menurut kepercayaan orang bugis selain dikenal sebagai hantu pencuri juga suka mengisap darah, utamanya perempuan yang sedang melahirkan. Poppo dipercaya juga suka berada di kebun jagung atau kebun di mana banyak buah-buahan.
Kesukaan poppo berada di pohon yang berbuah itu kadang digunakan oleh orang (yang berani) di musim mangga berbuah. Poppo yang ‘hinggap’ di cabang pohon mangga akan menjatuhkan buah-buah mangga matang.
Beberapa cerita pendukung ini banyak dijumpai di masyarakat Sulawesi Selatan. Mereka pada umumnya melihat hal tersebut pada waktu malam sekitar pukul 11:00-04:00 menjelang adzan subuh biasanya mereka berubah kembali kewujud manusia biasa.
Menurut mereka Poppo takut pada Bawang merah, merica, dan parang panjang. Masyarakat sulawesi selatan biasanya membakar dupa berupa kulit bawang putih atau kulit bawang merah serta mendidihkan air pada saat menjelang kelahiran bayi mereka untuk menghindari kehadiran dari mahluk ini.
Mereka juga meyakini poppo sering mengambil rejeki dari rumah yang didatanginya. Sehingga rumah tersebut tidak akan pernah berkecukupan, tapi rumah yang di dalamnya sering dibacakan ayat-ayat suci alquran tidak akan pernah didatangi oleh mahluk ini.(ASWAR AZHAR/MNC)